Bagi setiap peserta Piala Dunia laga pertama dianggap penting karena bisa menentukan nasib tim itu selanjutnya. Namun pelatih Italia Marcello Lippi tak sependapat dengan hal itu jika menilik sejarah Azzurri.Italia akan memulai perjalanannya mempertahankan gelar juaranya dengan menghadapi Paraguay di Green Point Stadium, Selasa (16/6/2010) dinihari WIB. Di Afrika Selatan juara dunia empat kali itu juga tergabung dengan Slovakia dan Selandia Baru di Grup F.
Meski menjadi salah satu negara tradisional di Piala Dunia dan salah satu favorit juara kali ini namun tak sedikit juga yang meragukan kapabilitas pasukan Lippi itu menilik pada pemilihan pemainnya serta performa tak meyakinkan di ujicoba.
"Satu hal yang kupelajari dari Piala Dunia lalu adalah segala hal sebelum turnamen ini tak ada artinya sama sekali. Dasar pemikiran, cara bermain lawan, tensi, semuanya berbeda dan segalanya berubah," tegas Lippi seraya menepis segala keraguan pada skuadnya.
Empat tahun lalu pun Italia datang ke Jerman bersamaan dengan merebaknya kasus Calciopoli yang melibatkan para pemain di skuadnya. Namun akhirnya mental juara La Nazionale berbicara dengan raihan trofi juara.
Lippi pun tak gusar apabila Italia tak meraih kemenangan atas Paraguay karena laga pertama tak mulu menentukan segalanya. Lippi benar berkata demikian demikian jika melihat sejarah di PD 1982 dan 1994.
Saat merebut trofi ketiganya 28 tahun lalu Itali ditahan 0-0 oleh Polandia. Dan 16 tahun tahun silam saat melaju ke final sebelum kalah dari Brasil, Italia mengawali dengan kekalahan 0-1 dari Republik Irlandia dan hanya lolos sebagai peringkat ketiga grup terbaik.
"Penting bagi setiap orang melihat Paraguay sebagi lawan tersulit kami namun di waktu lalu kami menang dua kali dan seri sekali. Dan bukan sebuah bencana jika kami mengalaminya lagi," jelas Lippi.
"Kami tidak merasa kami tim yang hebat empat tahun lalu. Itu terjadi di tiga atau empat laga dan tim pun menjadi kekuatan hebat di turnamen ini," tandasnya.
"Empat tahun lalu kami tidak bilang kami akan memberikan bulan yang baik. Aku hanya berpikir mengenai laga kontra Ghana. Kami memenanginya untuk menjadi lebih percaya diri lagi. Kami ingin lahir kembali besok dan berkembang lagi," pungkas mantan pelatih Juventus dan Inter Milan di Reuters.
