Pemain SFC di tahan

Share it Please
Empat defender tangguh Sriwijaya FC (SFC), Charis Yulianto, Ambrizal, Christian Worabay, dan Isnan Ali kini harus merasakan dinginnya jeruji besi Poltabes Palembang. Sekitar pukul 20.30 WIB, kemarin malam (15/5), keempat pemain yang terlibat kasus pengeroyokan atas suporter tersebut dipindah dari ruang Pidek Poltabes dan masuk sel tahanan nomor 9, bergabung bersama para tahanan lain.

Menggunakan celana pendek serta baju kaus oblong, keempat pemain tersebut dipeluk Coach Rahmad Darmawan. Tampak pula Manager SFC Hendri Zainuddin mengantar para pemain dari luar sel. Penahanan keempat pemain tersebut mengacu pada surat perintah penahanan dikeluarkan Wakasat Reskrim, AKP Hans Rachmatulloh Irawan Sik, tertanggal 15 Mei 2010.

Dalam Surat Penahanan No SP.Han/179/V/2010/Reskrim ditujukan pada Ambrizal, Surat NoSP.Han/180/V/2010/Reskrim ditujukan pada Isnan Ali, NoSP.Han/181/V/2010/Reskrim atas nama Christian Worabay serta NoSp.Han/182/V/2010/Reskrim atas nama Charis Yulianto, dikatakan, para pemaian ditetapkan menjadi tahanan negara Poltabes Palembang selama 20 hari. Terhitung 15 Mei hingga 3 Juni.

Heri Mukti SH, ketua tim kuasa hukum para pemain tersebut, sekitar pukul 20.00 WIB, sebelum penahanan, menyatakan, bakal melayangkan surat permintaan penangguhan setelah pihaknya mendapat surat penahanan resmi. “Sudah dapat surat penahanan, baru kita ajukan permintaan penangguhan,” ujar Heri di Poltabes kemarin.

Sementara Kapoltabes Palembang AKBP Drs Cahyo Budisiswanto melalui Wakasat Reskrim AKP Hans Rachmatulloh Irawan Sik, saat dikonfirmasi semalam, mengatakan, surat permintaan penangguhan penahanan telah diterima pihaknya semalam. Usai para pemain dipindah ke sel tahanan.

“Surat permintaan itu akan kita laporkan dulu ke pimpinan. Mungkin besok baru diproses. Kalau sekarang ini sudah malam. Jadi sementara, pemain tetap ditahan,” ujar Hans dihubungi pukul 21.00 WIB semalam.

Mengenai perdamaian antara pemain dan pihak korban tampaknya sudah terjadi. “Memang katanya sudah ada perdamaian. Cuma suratnya sudah di penyidik atau belum saya tidak tahu,” jelasnya.

Ditanya apakah surat ini bisa dijadikan pertimbangan untuk menangguhkan para pemain, Hans menyatakan itu bisa saja terjadi. “Yang jelas kita lagi mempertimbangkan hukum apa, alasan menangguhkan apa. Yang pasti, wewenang penangguhan adalah kewenangan penyidik,” tandasnya.

Sebelum dipindah di balik jeruji besi, sekitar pukul 07.30 WIB, kemarin, minus Zah Rahan Krangar, seluruh pemain SFC membesuk Worabay Cs. Kapten tim SFC sendiri, Keith Kayamba Gumbs bahkan terlihat membawa sarapan bagi Worabay Cs.

Pukul 12.00 WIB, para pemain baru terlihat keluar. Tak banyak komentar keluar dari para pemain. Hanya Tony Sucipto yang sempat mengeluarkan unek-uneknya. Tony Sucipto mengaku prihatin dengan penahanan tersebut. Dirinya berharap, rekan-rekannya tersebut dapat segera keluar dan kembali bergabung.

Sementara Coach Rahmad Darmawan saat itu mengaku terus mendampingi empat pemainnya yang ditahan. Rahmad mengatakan mendampingi empat pemainnya tersebut hingga pukul 04.00 dinihari kemarin. Hanya saja masalah proses hukum keempat pemainnya tersebut Rahmad tak mau berkomentar. “Statusnya tanya sama pengacaranya saja,” tukasnya.

Heri Mukti SH, ketua tim kuasa hukum usai membesuk kliennya, kemarin, mengatakan, terus berusaha agar para pemain kunci SFC tersebut tidak ditahan. Hingga siang kemarin, pihaknya bersama manajemen masih mengupayakan perdamaian kepada pihak korban. Hanya saja, dari enam poin perdamaian ditawarkan, masih terdapat satu poin yang belum diterima pihak korban.

Sayangnya, Heri tidak mau merinci poin-poin dimaksud. Heri juga tidak mau berkomentar seputar alasan para pemain melakukan pemukulan, termasuk apakah para pemain mengakui pemukulan seperti dilaporkan pihak korban. “Masalah itu masih dalam pemeriksaan. Bisa saja antara pemeriksaan dengan visum berbeda,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua DPRD Sumsel, Wasista Bambang Utoyo menanggapi dingin masalah ancaman pemain SFC yang tidak ingin melanjutkan empat pertandingan sisa Djarum Indonesia Super League (ISL). Usai paripurna peringatan HUT Sumsel Ke-64 kemarin, Wasista mengatakan bila ancaman mogok main tersebut benar-benar terjadi berarti pemain SFC tidak profesional.

“Kita sederhana saja mikirnya, kalau mereka mengancam mogok dengan permainan yang tidak bagus, tidak usah dipakai lagi,” ujarnya.

Meski begitu, DPRD Sumsel tetap akan melihat aspirasi rakyat Sumsel untuk melanjutkan keberadaan SFC. Apakah masih menginginkan Sriwijaya FC atau tidak. “Ini perlu pembicaraan bersama antara Komisi V dan pihak SFC. Serta keinginan masyarakat Sumsel. Dan solusinya nanti adalah dengan mendengar aspirasi khalayak ramai” bebernya.

Menurutnya, terkait dana anggaran yang diperuntukkan bagi SFC melalui KONI Sumsel tidak bisa diputuskan secara sembarangan. “Diperlukan pertimbangan, kalau rakyat masih menghendaki SFC di Sumsel kita tidak bisa arogansi, karena itu untuk memberikan semangat anak muda dan masyarakat Sumsel, meskipun kita rugi sedikit nantinya,” cetusnya.

Ia juga mengusulkan agar SFC nantinya, paling tidak merekrut paling tidak 70 persen pemain lokal. Merealisasikan masalah ini, tentunya dibutuhkan pembinaan sejak awal.

Gubernur Sumsel, Ir Alex Noerdin sendiri saat dikonfirmasi meminta para wartawan menghentikan pemberitaan terkait kasus pemukulan pemain SFC kepada suporternya. Menurutnya, SFC merupakan tim kebanggaan Sumsel. Ketika diberitakan terus menerus bakal terjadi gayung bersambut yang dikhawatirkan memperparah keadaan.

“Jika sampai SFC tidak ada, kita juga yang rugi. Hal itu kita serahkan pada pihak berwajib,” urainya. Masalahnya, Sumsel yang akan menjadi tuan rumah SEA Games 2011 tidak lepas atas keberadaaan SFC.